You might like
Kedengerannya memang sederhana, tapi percayalah, nggak banyak yg bisa bikin sinopsis sebuah film dgn ringkas, informatif, dan menarik. Lihat aja sinopsis-sinopsis film Indonesia sekarang. Endingnya masih banyak yg tebak-tebakan, nggak berkembang sejak tahun 70an.
Tentu aja kalau bisa menemukan/menciptakan sendiri struktur skenario yg bisa lebih membuat cerita lebih mudah tersampaikan atau lebih menarik, penulis bebas menggunakannya. Tapi model yang sudah ada harus dipelajari dulu untuk tau berguna atau nggak.
Muncullah beberapa 'model struktur' yg dipercaya bisa membuat film gampang diikuti penonton dgn nama-nama fancy tmsk 'Struktur 3 Babak', 'Prinsip 8 Plot Point', '15 Beats Story Structure' yg harus dipelajari utk paham tujuannya.
Penulis skenario harus bisa menempatkan dirinya sejajar dgn target penontonnya, secerdas apapun dia. Karena kalau menempatkan dirinya di atas, ceritanya akan sulit diakses, menggurui atau, lebih buruk, seperti propaganda. Kalau di bawah, penonton akan mentertawakan ceritanya.
Penulis skenario harus orang yang sensitif, sensibel, cerdas, paham emosi manusia, rapuh sekaligus tegar, paham kebaikan dan sisi tergelap manusia. Karena tugasnya ada menuangkan semua jangkauan emosi manusia dalam tulisan.
Pertama, ini harus dipahami dulu: menulis skenario sama seperti menyanyi. Banyak yang pede bisa nyanyi padahal fals. Seperti menyanyi, yang ingin jadi penulis skenario akan lebih gampang kalau punya bakat. Tapi, seperti menyanyi, menulis skenario bisa dipelajari.
Color grading adalah proses mengulik warna utk membuat keseluruhan film senafas dalam satu konsep. Di tahap ini, tekniksinya yg disebut 'colorist' akan didampingi sutradara dan DP. Untuk satu film, biasanya saya butuh 1 minggu.
Setelah editing selesai, masuk masa color grading, sound design, music scoring, visual effects (kalau ada). Sutradara harus selalu siap mendampingi pengerjaannya tapi juga memberikan ruang untuk mereka berkreasi.
Masuk ke tahap pasca-produksi. Sutradara harus paham 'workflow' pasca-produksi, yaitu alur pengerjaan materi, sekalipun biasanya ada Produser Pasca-produksi. Di tahap ini materi yg udah disyut bisa rusak kalau salah workflow. Terjadi ke salah satu film recently.
Sutradara juga harus tegas sebagai kapten (bukan raja) di lapangan, tapi juga harus mengayomi. Kru dan pemain jumlahnya bisa ratusan, sutradara harus bikin suasana suting menyenangkan tapi tetap serius dan kerja keras.
Sutradara harus yakin apa yang dia mau, tapi juga memberikan ruang kepada kru dan pemain untuk mengembangkan adegan sesuai skill yg mereka miliki.
Jadi begitulah keseharian sutradara ketika suting. Setiap akan suting satu scene, dia harus sudah tau bagaimana dia akan syut, apa saja shot-nya. Informasikan ke kru. Jadi tidak selesai satu shot trus bingung mau bikin shot gimana lagi.
Sutradara juga harus jadi problem solver yang paling bisa diandalkan jika terjadi kendala ketika suting. Misalnya tiba-tiba suting yang seharusnya di lapangan bola nggak bisa dipakai karena hujan dsb. Harus bisa bikin adegan pengganti yg lebih baik, misalnya.
Baru setelah itu, shot bisa dilakukan. Satu shot sederhana bisa memakan waktu 1,5 jam. Jika satu scene (adegan) butuhkan 3 shot, berarti butuh 4,5 jam untuk satu scene. Jika sehari ada 4 scene aja, itu udah 18 jam.
Sutradara juga menjelaskan apa yg ingin dicapai di shot tersebut. Emosi apa yg ingin disampaikan ke penonton. Setelah itu, DP, Art Director, sound recordist akan mempersiapkan apa saja yg dibutuhkan untuk shot tersebut. DP menata cahaya dan mempersiapkan kamera dan alat. Dsb
Disaksikan DP, Art Director, Sound Recordist, dan Assistant Director, sutradara akan melakukan 'blocking' atau penempatan aktor dalam sebuah shot. (Iyes ini juga tugas sutradara. Bukan astrada atau pula DP. Kasian mereka tugasnya udah banyak).
Iyesss semua ini yang memikirkan harus sutradara karena ini adalah tugasnya. Ada nggak sutradara yg nggak melakukan ini. Ya ada. Tapi ketika orang lain yg melakukan tugas dan kewajibannya, apakah masih punya hati nurani menyebut diri sutradara?
Tiba masa suting. Setiap harinya sutradara harus tiba LEBIH DAHULU dari kru dan pemain. Karena sutradara harus merasakan di dalam set, mematangkan visi, dan membuat PLAN utk suting tiap adegan. Berapa shot yg dibutuhkan, bagaimana gerakan aktor, penempatan & gerakan kamera, dsb.
Line Producer mungkin akan bertanya ke arah mana saja shot yang nanti akan diambil, karena mereka butuh tempat yg tidak disyut kamera untuk tempat katering, misalnya. Produser juga mungkin meminta sutradara mencari alternatif treatment karena bujetnya nggak masuk, dsb. Fun nggak?
Di masa pra-produksi ini sutradara juga memilih pemain dibantu Casting Director, setelah terpilih lalu melakukan rehearsal bersama para pemain. Menjelaskan karakter mereka dan melatih dialog. Juga sambil bikin storyboard bersama Storyboard Artist. Dan berbagai persiapan lain.
United States Trends
- 1. Black Friday 300K posts
- 2. Good Friday 46.6K posts
- 3. #DaesangForJin 54.3K posts
- 4. #ENHYPEN 169K posts
- 5. #2025MAMAVOTE 97.3K posts
- 6. ARMY Protect The 8thDaesang 57.6K posts
- 7. #GalxeID 5,121 posts
- 8. yeonjun 59.7K posts
- 9. #FridayFeeling 1,611 posts
- 10. Ravens 60.5K posts
- 11. Third World Countries 38.4K posts
- 12. Mnet 198K posts
- 13. Lamar 48.2K posts
- 14. Sarah Beckstrom 253K posts
- 15. Ilya 21.2K posts
- 16. shane 26.2K posts
- 17. Mr. President 20.8K posts
- 18. BNB Chain 6,828 posts
- 19. Jack Ruby N/A
- 20. Wegmans 2,255 posts
Something went wrong.
Something went wrong.